Talenta masak mengalir kuat di tubuh Mellisa Sugianto. Lulus kuliah hospitality dari UPH pada 2004, Mellisa jatuh bangun mendirikan usaha restoran. Kini, restorannya bernama Nanny’s Pavillon berkembang pesat dan menyebar di Jakarta, Bandung, hingga Bali.
“Saya memang hobi masak. Mungkin ini karena background
keluarga yang suka masak dan makan, mulai dari nenek dan ibu, semua suka
masak,” cerita Mellisa di restorannya di Plaza Indonesia, Jakarta.
Dari hobi, Mellisa yang sempat menjadi food
stylist di penerbit Gramedia akhirnya memutuskan berbisnis restoran. Ia
pun berpartner dengan temannya mendirikan restoran di Jakarta. Sayang,
kemitraan itu ia akhiri karena tidak ada kecocokan. “Tidak mudah berpartner,
beberapa kami menemui masalah sehingga akhirnya saya putuskan menjual seluruh
saham saya,” kata Melissa.
Sempat putus asa karena gagal, Mellisa akhirnya
mencoba kembali peruntungannya di bisnis restoran. Kali ini, bersama mitra
bisnisnya yang lain, ia mendirikan restoran di Bandung pda 2010. Sebuah konsep
restoran yang menghadirkan masakan pengasuh rumah tangga, nanny, pun dibuatnya.
Maka, jadilah Nanny’s Pavillon. “Idenya adalah menghadirkan masakan sang nanny
yang disukai oleh seluruh keluarga, mulai dari nyonya rumah hingga
anak-anaknya,” cerita Mellisa.
Pada tahap awal, ia membuat restoran berukuran
kecil, kurang lebih 200 meter persegi di sebelah FO (factory outlet)
di Jalan Martadinata, Bandung. Selain nama yang dibuatkan konsep, desain
interior Nanny’s Pavillon juga dibuatkan konsep. Mellisa memilih konsep garden
untuk restorannya. “Saya desain sendiri, bahkan untuk kain kursi pun saya cari
sendiri ke pasar,” katanya.
Sampai hari ketiga dibuka, ia harus bersabar karena
restorannya sepi. “Tapi dua minggu kemudian, Nanny’s Pavillon malah ramai banget.
Saya jadi ngeri, takut enggak bisa memberikan pelayanan yang baik,”
ungkapnya.
Sejak itu, ia mulai membenahi manajemen restorannya
dan meningkatkan kualitas karyawan. Ada satu pengalaman berharga yang ia temui.
Ceritanya, ada tamu warga negara Belanda yang datang sambil membawa wine
dan gelasnya, lalu minta izin untuk bisa minum wine di Nanny’s
Pavillon. “Sebenarnya kan enggak boleh,karena izin usaha saya adalah
restoran tanpa wine. Akhirnya saya tawarkan gelas kopi untuk minum wine
supaya tidak menarik perhatian tamu lain dan mereka pun puas dengan pelayanan
kami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar